03607 2200997 4500001002100000005001500021035002000036008003900056245004200095100002700137250000600164260004000170300002100210084001400231082000800245650001000253520153000263990001201793990001201805990001201817990001201829990001201841990001201853990001201865990001201877990001201889990001201901990001201913990001201925990001201937990001201949990001201961990001201973990001201985990001201997990001202009990001202021990001202033990001202045990001202057990001202069990001202081990001202093990001202105990001202117990001202129990001202141990001202153990001202165990001202177990001202189990001202201990001202213990001202225990001202237990001202249990001202261990001202273990001202285990001202297990001202309990001202321990001202333990001202345990001202357990001202369990001202381990001202393990001202405990001202417990001202429990001202441990001202453990001202465990001202477990001202489990001202501990001202513990001202525990001202537990001202549990001202561990001202573990001202585990001202597INLIS00000000000129320240523105921 a0010-0524000528240523 | | | 1 aBumi Manusia /cPramoedya Ananta Toer1 aAnanta Toer, Pramoedya a1 aJakarta :bLentera Dipantara,c2018 a551 hlm ;c14 cm a813 PRA b a813 4aFiksi aRoman Tetralogi Buru mengambil latar belakang dan cikal bakal nation Indonesia di awal abad ke-20. Dengan membacanya waktu kita dibalikkan sedemikian rupa dan hidup di era membibitnya pergerakan nasional mula-mula, juga pertautan rasa, kegamangan jiwa, percintaan, dan pertarungan kekuatan anonim para srikandi yang mengawal penyemaian bangunan nasional yang kemudian kelak melahirkan Indonesia modern. Roman bagian pertama; Bumi Manusia, sebagai periode penyemaian dan kegelisahan dimana Minke sebagai aktor sekaligus kreator adalah manusia berdarah priyayi yang semampu mungkin keluar dari kepompong kejawaannya menuju manusia yang bebas dan merdeka, di sudut lain membelah jiwa ke-Eropa-an yang menjadi simbol dan kiblat dari ketinggian pengetahuan dan peradaban. Pram menggambarkan sebuah adegan antara Minke dengan ayahnya yang sangat sentimentil: Aku mengangkat sembah sebagaimana biasa aku lihat dilakukan punggawa terhadap kakekku dan nenekku dan orangtuaku, waktu lebaran. Dan yang sekarang tak juga diturunkan sebelum Bupati itu duduk enak di tempatnya. Dalam mengangkat sembah serasa hilang seluruh ilmu dan pengetahuan yang kupelajari tahun demi tahun belakangan ini. Hilang indahnya dunia sebagaimana dijanjikan oleh kemajuan ilmu. Sembah pengagungan pada leluhur dan pembesar melalui perendahan dan penghinaan diri! Sampai sedatar tanah kalau mungkin! Uh, anak-cucuku tak kurelakan menjalani kehinaan ini. "Kita kalah, Ma," bisikku. "Kita telah melawan, Nak, Nyo, sebaik-baiknya, sehormat-hormatnya." a0744214 a0744215 a0744216 a0744217 a0744218 a0744219 a0744220 a0744221 a0744222 a0744223 a0744224 a0744225 a0744226 a0744227 a0744228 a0737333 a0744956 a0744957 a0744958 a0744959 a0744960 a0744961 a0744962 a0744963 a0744964 a0744965 a0744966 a0744967 a0744968 a0744969 a0744970 a0744971 a0744552 a0744553 a0744554 a0744555 a0744556 a0744557 a0744558 a0744559 a0744560 a0744561 a0744562 a0744563 a0744564 a0744565 a0744566 a0744567 a0744568 a0744569 a0744570 a0744571 a0744572 a0744573 a0744574 a0744575 a0744576 a0744577 a0744578 a0744579 a0744580 a0744581 a0744582 a0744583 a0744584 a0744585 a0744586 a0744551